Habib Munzir Yang Dicintai


Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un,  Habib Munzir bin Fuad bin Abdurrahman Al musawa, meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pukul 15.30 WIB pada ahad 15 September 2013 kemaren.

Gambar

Secara pribadi saya pernah mendampingi beliau dalam satu mobil di sebuah perjalanan ( Parigi, Nagara Kec. Daha Selatan  ke Kandangan, HSS Kal Sel). Dari sinilah dengan sangat mudah saya mengambil kesimpulan bahwa beliau orang yang santun, penyayang, penuh cinta dan berwibawa.

Secara pribadi sangat sedih rasanya, ketika dalam tahun ini begitu banyak orang shaleh dan para dai menginggal dunia, namun juga gembira dengan segala cara kembalinya mereka kepada Rabbul Izzati. Allah terlalu mencintaii mereka sehingga ingin cepat mereka kembali padaNya.

Semoga Allah SWT menerima segala amal Beliau dan melipat gandakan segala balasannya. 

—————————————————–

Untuk mengenang amal shaleh Beliau, saya kutipkan salah satu nasehat Beliau :

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar: 3)

Sungguh Manusia adalah makhluk lemah. Tak kuasa untuk bersih dari dosa dan maksiat. Ditambah dengan godaan pasukan iblis yang berusaha selalu menyeretnya ke dunia hitam. Tidak ada yang maksum kecuali para Nabi yang Allah lindungi dari dosa. Di saat yang sama, Allah membuka pintu taubat yang seluas-luasnya, agar mereka tidak putus asa dari rahmat Sang Pencipta. Tinggal satu yang perlu digugah: Kapan saatnya kita mau bertaubat?

Jika Allah sangat menyayangi kita, mengapa diri kita tidak menyayangi diri kita sendiri.

Dalam perjalanan pulang dari peperangan, kaum muslimin membawa kemenangan besar. Mereka pulang dengan membawa harta rampasan dan tawanan. Tiba-tiba ada seorang ibu diantara tawanan itu, yang kebingungan mencari anaknya. Sampai akhirnya ketemu dan dia susui. Melihat hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabat,

“Mungkinkah wanita ini akan melemparkan anaknya ke api?”

Para sahabat spontan menjawab: “Demi Allah, tidak mungkin.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menimpali:

“Allah lebih menyayangi hamba-Nya, dari pada kasih sayang ibu ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari).

——————————————————– 

Habib  Munzir Al Musawa lahir di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, 23 Februari 1973.  Habib Munzir Al-Musawa banyak menimba ilmu di ma’had al khairat dan di sinilah dikenal dengan Habib Umar bin Hafidz yang kemudian diteruskan ke Ma’had Darul Musthafa di pesantren Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Syech abubakar bin Salim di Tarim Hadhramaut Yaman pada tahun 1994 untuk mendalami bidang syari’ah selama empat tahun.

Di sana ia mendalami ilmu fiqh, ilmu tafsir Al Qur’an, ilmu hadits, ilmu sejarah, ilmu tauhid, ilmu tasawwuf, mahabbaturrasul, ilmu dakwah, dan ilmu ilmu syariah lainnya.

Habib kembali ke Indonesia pada tahun 1998, dan mulai berdakwah dengan mengunjungi rumah-rumah, duduk dan bercengkerama dengan mereka, memberi mereka jalan keluar dalam segala permasalahan, lalu atas permintaan mereka maka mulailah Habib Munzir membuka majelis.

Majelisnya semula beranggotakan sekitar enam orang. Habib Munzir Al-Musawa terus berdakwah dengan meyebarkan kelembutan Allah SWT, yang membuat hati pendengarnya sejuk.

Habib Munzir Al-Musawa tidak mencampuri urusan politik, dan selalu mengajarkan tujuan utama manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, bukan berarti harus duduk berdzikir sehari penuh tanpa bekerja, tapi justru mewarnai semua gerak gerik kita dengan kehidupan yang Nabawiy.

Habib Munzir Al-Musawa selalu mengajarkan bahwa manusia memiliki kesibukannya sendiri-sendiri di dunia tapi hati mereka bergabung dengan satu kemuliaan. Nabi Muhammad SAW diutus untuk membawa rahmat bagi sekalian alam.

Menurut Wikipedia, nama Rasulullah SAW sengaja digunakan untuk nama majelisnya yaitu Majelis Rasulullah. Habib berharap semua jamaahnya bisa meniru dan mencontoh Rasulullah SAW dan menjadikannya sebagai panutan hidup.

Habib Munzir juga rutin melakukan takbir akbar di Istiqlal atau Senayan yang sering dihadiri para pimpinan tertinggi negara Indonesia.

Majelisnya mengalami pasang surut, awal berdakwah ia memakai kendaraan umum turun naik bus, menggunakan jubah dan surban, serta membawa kitab-kitab.

Tak jarang ia mendapat cemoohan dari orang-orang sekitar. Ia bahkan pernah tidur di emperan toko ketika mencari murid dan berdakwah.

Kini majlis taklim yang diasuhnya setiap malam Selasa di Masjid Al-Munawar Pancoran Jakarta Selatan, yang dulu hanya dihadiri tiga sampai enam orang, sudah berjumlah sekitar 30 ribu.

Habib Munzir sudah membuka puluhan majlis taklim di seputar Jakarta dan sekitarnya. Habib juga membuka majelis di rumahnya di Jl Kemiri, Cidodol, Kebayoran, setiap malam Jumat

About aviv

Pemerhati Sosial Politik Keagamaan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, H. Muhammad Afif Bizri, SHI, SH, M.Hum, lahir di Kandangan pada 12 Oktober 1981. Menimba ilmu sejak TK sampai MTsN di Kota Kandangan, lalu melanjutkan di Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri (MAKN) Martapura lulus tahun 2000 lalu Kuliah S1 dan S2 di Malang, Jawa Timur. Sejak dari awal suka berkecimpung dalam dunia organisasi, semasa SD - MTsN aktif di OSIS dan Pramuka. Mengikuti Jambore Nasional (Jamnas) 1996 di Cibubur, Wakil Ketua OSIS ketika MTsN, dan pengurus inti di OSIS ketika dijenjang aliyah. Ketika Mahasiswa sempat aktif di beberapa organisasi seperti LDK, SKI, BEM Universitas, Senat, PAHAM dan KAMMI. Sekarang menjadi Abdi Negara dan Masyarakat di Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan, berdomisili di Hulu Sungai Selatan, Kal Sel menikah dengan seorang perempuan bernama Mahmudach, S.ST. Bersama sama merajut tali kehidupan menuju Ridha Ilahy. Sekrang sudah dikarunia 4 orang anak, Muhammad Faiz Al Fatih, Muhammad Aqsha Ash Shiddiq, Muhammad Thoriq Az Ziyad dan Muhammad Hammas Al Izzat Lihat semua pos milik aviv

Tinggalkan komentar